Soal: Bagaimanakah cara mengerjakan shalat taraweh yang mengikut sunnah Rasulullah s.a.w?
Jawab: Shalat taraweh sebenarnya adalah shalat tahajud (qiyamullail) yaitu shalat sunnah yang biasa diamalkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat di 1/3 malam yang akhir (kira-kira dari mulai pukul 3 a.m. hingga menjelang waktu subuh) di malam hari.
Rasulullah Saw tidak pernah membedakan shalat tahajud di dalam Ramadhan maupun di luar Ramadhan, artinya setiap malam beliau shalat tahajud konsisten 11 rakaat, berdasarkan hadits penjelasan ummul mukminin Aisyah Ra saat ditanya mengenai shalat tahajudnya Rasulullah di bulan Ramadhan, maka jawaban beliau adalah;
«مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ
فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي
أَرْبَعًا، فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي
أَرْبَعًا، فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا»
“Rasulullah
tidak pernah menambah (hitungan rakaat shalat tahajud) baik di dalam bulan
Ramadhan ataupun di luar Ramadhan atas 11 rakaat, beliau shalat 4 rakaat jangan
kamu tanya mengenai baik dan lamanya (sudah pasti baik dan lama), kemudian
beliau shalat 4 rakaat lagi jangan kamu tanya mengenai baik dan lamanya, kemudian
beliau shalat 3 rakaat (witir).”[1]
Hanya
saja di masa khalifah Umar Ra, khusus di bulan Ramadhan oleh khalifah
shalat tahajud dikerjakan secara berjamaah dan masanya diawalkan yakni selepas
shalat isya’.
Tujuan
sang khalifah antara lain adalah agar umat Islam dapat mempersungguh meraih
pahala yang sebesar-besarnya di bulan Ramadhan.
Kata
taraweh diambil dari kata ar-raahah yang berarti istirahat,
menurut al-Hafiz Ibnu Hajar, adanya disebut taraweh sebab dalam
pelaksanaan shalat taraweh diselingi dengan istirahat, artinya tidak sekaligus
11 rakaat dengan sekali salam;
سُمِّيَتِ
الصَّلَاةُ فِي الْجَمَاعَةِ فِي لَيَالِي رَمَضَانَ التَّرَاوِيحَ لِأَنَّهُمْ
أَوَّلَ مَا اجْتَمَعُوا عَلَيْهَا كَانُوا يَسْتَرِيحُونَ بَيْنَ كُلِّ
تَسْلِيمَتَيْنِ.
“Adanya
shalat jamaah di malam-malam bulan Ramadhan disebut taraweh, karena sesungguhnya
mereka pertamakali mengerjakannya beristirahat di antara setiap dua salam”.[2]
Penjelasan
di atas juga sejalan dengan hadits dari ummul mukminin Aisyah Ra;
عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي اللَّيْلِ، ثُمَّ يَتَرَوَّحُ،
فَأَطَالَ حَتَّى رَحِمْتُهُ، الحديث.
“Dari Aisyah Ra dia berkata; Rasulullah Saw shalat empat
rakaat di suatu malam kemudian istirahat, maka beliau berlama-lama (dalam
istirahatnya) sehingga aku menyayanginya, dst.”[3]
Jadi
cara pelaksanaan shalat taraweh 11 rakaat, ada dua cara, yaitu :
Pertama; Sebagaimana
zahir hadits di atas yaitu taraweh; 4 rakaat, istirahat + 4 rakaat,
istirahat = 8 rakaat, kemudian ditambah dengan
witir 3 rakaat = 11 rakaat.
Kedua; Dengan
cara taraweh; 2 rakaat + 2 rakaat, istirahat + 2 rakaat + 2 rakaat, istirahat +
2 rakaat = 10 rakaat, kemudian ditambah dengan witir 2 rakaat + 1 rakaat
= 11 rakaat. Berdasarkan hadits penjelasan Rasulullah saw saat
ditanya oleh seseorang tentang praktik shalat tahajud, jawaban beliau;
«مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا خَشِيتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ
بِوَاحِدَةٍ، تُوتِرُ لَكَ مَا قَدْ صَلَّيْتَ».
“Dua
rakaat, dua rakaat (hingga 5 kali atau tanpa batasan) ketika kamu khawatir
masuk waktu subuh maka witirlah dengan satu rakaat, untuk menjadikan ganjil
bagi shalat yang telah kamu kerjakan.”[4]
Selamat
mengerjakan.
[1] HR.
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Kitab al-Jumu’ah) : 1147.
[2]
Ibnu Hajar, al-‘Asqalani (w. 852 H), Fathu al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari,
Dar al-Ma’rifah, Beirut 1379 H, Juz 4/250.
[3]
HR. Al-Baihaqi, Sunan al-Kubra (Kitab as-Shalat) : 8/289.
[4] HR.
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Kitab as-Shalat) : 473
No comments:
Post a Comment