BID'AH DI DALAM UMRAH
Banyak orang yang mengaku
ingin mengerjakan ibadah termasuk Umrah sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw,
namun sayangnya ketika ditunjukkan ibadah
yang benar-benar sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw dia menolak dan menganggap
hal itu salah, alasannya karena menyalahi kebiasaan yang sudah diamalkan oleh
kebanyakan orang selama ini. Ini adalah contoh sunnah dikalahkan oleh perkara
yang baru, sunnah dikalahkan oleh taqlid.
Diantara amalan-amalan yang
jelas-jelas menyelisihi sunnah Rasulullah Saw adalah mengerjakan ibadah umrah
berkali-kali di dalam satu rihlah (keberangkatan).
Sepanjang hidup Rasulullah Saw tidak pernah melaksanakan umrah melebihi satu kali dalam satu rihlah. Ketika umrah qadha’ (tahun 7 Hijrah) orang-orang kafir Quraisy memberi kesempatan kepada Rasulullah Saw untuk mengerjakan umrah dan bermukim di Mekah selama 3 hari, saat itu beliau hanya umrah satu kali yakni ketika pertama kali tiba, bahkan ketika fathu Makkah beliau bermukim di Mekah selama kurang lebih 19 hari namun tidak ada satupun Hadits yang meriwayatkan bahwa selama di Mekah tersebut beliau mengerjakan umrah lebih dari satu kali.
Sepanjang hidup Rasulullah Saw tidak pernah melaksanakan umrah melebihi satu kali dalam satu rihlah. Ketika umrah qadha’ (tahun 7 Hijrah) orang-orang kafir Quraisy memberi kesempatan kepada Rasulullah Saw untuk mengerjakan umrah dan bermukim di Mekah selama 3 hari, saat itu beliau hanya umrah satu kali yakni ketika pertama kali tiba, bahkan ketika fathu Makkah beliau bermukim di Mekah selama kurang lebih 19 hari namun tidak ada satupun Hadits yang meriwayatkan bahwa selama di Mekah tersebut beliau mengerjakan umrah lebih dari satu kali.
Mereka (yang memperbanyak umrah dalam satu kali rihlah) ber-alasan bahwa; Bagi kita
yang tinggal jauh dari Mekah tidak bisa dipastikan untuk bisa datang lagi ke
Mekah lagi, jadi mumpung masih berada di Mekah maka harus dimanfaatkan maksimal dengan
memperbanyak ibadah umrah.
Alasan ini adalah alasan yang
batal, sebab :
- Dia telah sau’udzan, karena beranggapan bahwa kemungkinan dia tidak bisa datang lagi ke tanah suci Mekah, dengan kata lain dia telah membatasi rahmat Allah yang sangat luas.
- Justru kesempatan dia bisa datang ke Mekah maka seharusnya dia manfaatkan untuk beribadah yang benar-benar sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw, apalah artinya mengerjakan sesuatu yang banyak namun sia-sia, ibaratnya; biarlah kita mendapat uang sedikit yang penting uang asli, sedangkan orang lain mereka mendapat banyak uang namun uang palsu.
- Ketika umrah qadha’ Rasulullah Saw belum dapat memastikan apakah akan bisa datang lagi ke Mekah yang saat itu masih dikuasai oleh kaum musyrikin, namun sebgaimana yang telah diuraikan di atas beliau hanya mengerjakan sekali umrah.
Di zaman Rasulullah Saw ada
beberapa orang yang berencana melakukan ibadah dengan berlebih-lebihan karena
menganggap ibadah Rasulullah Saw biasa-biasa saja dan menurut mereka hal itu
dikarenakan Rasulullah sudah diampuni semua dosanya baik yang awal maupun yang
akhir, sedangkan sebagai manusia biasa mereka perlu beribadah yang ekstra
(lebih dari yang biasa), seperti kalau malam sholat malam terus dan tidak tidur,
kalau siang puasa terus dan tidak berbuka bahkan ada yang berazam untuk tidak
menikhai wanita.
Mendengar berita itu Rasulullah Saw langsung mengumpulkan para sahabat dengan terlihat kemarahan di wajahnya,
beliau berkhotbah kepada mereka diantara khotbahnya beliau bersabda; Saya
adalah orang yang paling tahu dan paling takut kepada Allah, diantara kalian,
saya sholat malam namun saya juga tidur, saya berpuasa namun saya juga berbuka
dan saya menikahi beberapa wanita.
Kesimpulan :
Mengerjakan ibadah umrah lebih
dari satu kali dalam satu rihlah adalah amalan yang menyelisihi sunnah
Rasulullah Saw, termasuk perkara baru dalam agama, ingatlah sabda Rasulullah
Saw :
إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ،
وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، وَكُلُّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ».
"Sesungguhnya sebenar-benarnya cerita adalah kitab Allah
(al-Qur’an), sebaik-baiknya tuntunan adalah tuntunan Muhammad Saw,
sejelek-jeleknya perkara (ibadah) adalah perkara yang baru, setiap perkara yang
baru adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, setiap kesesatan adalah di
neraka." HR. an-Nasa’ai (K. Sholah al-idain) : 1578. tahqiq syaikh
al-Albani : Shahih.
No comments:
Post a Comment