A. Doa Qunut Witir
«اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ،
وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ
مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ
وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ».
Allahummah dinii fiiman hadaiit, wa ‘aafinii fiiman ‘aafaiit, wa
tawallanii fiiman tawallaiit, wa baariklii fiimaa a’thaiit, waqinii syarra maa
qadhaiit, fa innaka taqdhi walaa yuqdhaa ‘alaiik, wa innahu laa yadzillu man
waalaiit, wa laa ya’izzu man’aadaiit, tabaarakta Rabbanaa wata’aalaiit.[1]
Riwayat
at-Tirmidzi
Imam
at-Tirmidzi juga meriwayatkan hadits yang sama tentang doa qunut
sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud di atas namun tidak ada
lafaz;
وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
wa laa ya’izzu man’aadaiit.”[2]
Penjelasan imam at-Tirmidzi
Hadits ini kedudukannya hasan, di dalam bab doa qunut
ini juga terdapat hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib. Tidak dijumpai hadits mengenai doa qunut witir yang diriwayatkan dari Nabi saw yang lebih
baik (kedudukan sanadnya) dibandingkan hadits ini. Para
ahli ilmu (ulama’) berbeda pendapat di dalam pelaksanaan qunut;
- Abdullah bin Mas’ud berpendapat bahwa qunut dilaksanakan sepanjang tahun, dia memilih untuk melakukan qunut sebelum ruku', hal ini menjadi qaul (pendapat) sebagian ahli ilmu seperti; Sufyan at-Tsauri, Ibnu al-Mubarak, Ishaq dan para ulama’ Kuffah.
- Ali bin Abi Thalib tidak melaksanakan qunut melainkan di (mulai) dalam pertengahan dari bulan Ramadhan (dari mulai malam ke-16 hingga malam akhir), sebagian ahli ilmu bermazhab atas amalan ini diantaranya adalah imam as-Syafii dan imam Ahmad.
B. Mengangkat Tangan Saat Doa Qunut
عَنْ أَبِي رَافِعٍ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَقَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ وَرَفَعَ
يَدَيْهِ وَجَهَرَ بِالدُّعَاءِ.
“Dari
Abi Rafi’ dia berkata; Aku shalat di belakang Umar bin Khatthab ra beliau qunut
setelah rukuk dengan mengangkat kedua tangannya dan menjaharkan doa.”[3]
Penjelasan dari imam al-Baihaqi;
Berkata
Qatadah; Hasan juga melakukan hal yang sama, hadits dari Umar ra ini
adalah shahih sedangkan yang diriwayatkan dari Ali terdapat kedhaifan
di dalam sanadnya, hadits ini juga diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud
dan Abu Hurairah ra di dalam masalah qunut witir.
Syaikh
(imam al-Baihaqi) rahimahullah berkata; Adapun mengusapkan kedua tangan
ke wajah setelah selesai dari doa, aku tidak menghafadznya (mendengar)
dari seorangpun golongan ulama salaf[4]
di dalam doa qunut, namun hal itu diriwayatkan dari sebagian mereka di
dalam masalah doa di luar shalat.
Telah
diriwayatkan dari Nabi saw hadits di
dalam masalah (mengusapkan kedua tangan ke wajah) ini namun kedudukan haditsnya
dhaif.
Mengusapkan
kedua tangan ke wajah diamalkan sebagian mereka di luar shalat, adapun di dalam
shalat (setelah qunut) adalah amalan yang tidak berdasakan khabar
(hadits) yang shahih maupun atsar (amalan shabat) yang tsabit,
dan juga tidak berdasarkan qiyas, maka yang lebih utama adalah tidak
mengerjakannya serta berpegang atas apa yang dikerjakan oleh ulama’ salaf radiallahu ‘anhum berupa mengangkat
tangan dengan tanpa mengusapkannya ke wajah di dalam shalat, wa billahi
at-taufiq.
C. Praktek Qunut Di dalam Shalat Berjamaah
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا
قَالَ: قَنَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، شَهْرًا مُتَتَابِعًا
فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَالصُّبْحِ فِي دُبُرِ كُلِّ
صَلاَةٍ إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فِي الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ يَدْعُو
عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ عَلَى رِعْلٍ، وَذَكْوَانَ، وَعُصَيَّةَ وَيُؤَمِّنُ
مَنْ خَلْفَهُ.
Dari
Ibnu Abbas radiallaahu’anhuma dia berkata; Rasulullah sallallaahu alihi
wasallam qunut selama satu bulan di dalam shalat dzuhur, ashar, maghrib, isya’
dan subuh setiap setelah shalar, ketika telah mengucapkan sami’allahu liman
hamidah di dalam rakaat yang terakhir, beliau mendoakan jelek atas beberapa
penduduk negeri dari kaum Bani Sulaim terdiri dari Ri’lin, Dzakwan dan ‘Ushayyah.
Orang-orang yang dibelakangnya mengaminkannya.[5]
Catatan
: Di dalam qunut witir berjamaah ini maka kalimat doa qunut yang dibaca oleh
imam dan diamini oleh makmum dirubah dari bentuk mufrad (tunggal) menjadi jama’
contoh, asalnya;
اللَّهُمَّ
اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ ...،
Allahummah dinii fiiman hadaiit …,
Menjadi;
اللَّهُمَّ
اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ ...،
Allahummah dinaa fiiman hadaiit …,
Barokallahu fiikum …
[1] HR. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud
(Kitab as-Shalat) : 2/63. Tahqiq syaikh Albani; Shahih.
- Arti doanya adalah; “Ya Allah
tunjukkanlah aku ke dalam golongannya orang-orang yang mendapat petunjuk,
selamatkanlah aku ke dalam golongannya orang-orang yang Engkau selamatkan,
lindungilah aku ke dalam golongannya orang-orang yang Engkau lindungi,
barakahilah aku di dalam apa yang Engkau berikan, jagalah aku dari jeleknya apa
yang Engkau putuskan, sesungguhnya Engkau memutuskan hukum dan tidak ada yang
memutuskan hukum ke atasMu, tidak akan hina orang yang Engkau lindungi dan
tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi, maha barakah Engkau wahai Tuhan
kami dan Engkau maha luhur.”
[2] Lihat; HR.
At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi (Abwabu al-Witri) : 2/328.
[3] Hr.
Al-Baihaqi, Musnad al-Kubra (Kitab as-Shalat) : 2/300.
[4] Ulama salaf
adalah ulama dari generasi; sahabat, tabiin dan tabiit tabiin.
[5] HR. Al-Baihaqi, Sunan al-Kubra
(Kitab as-Shlah) ; 1/301.
No comments:
Post a Comment