Wednesday, July 31, 2013

Hukum Berpuasa Bagi Ibu yang Menyusukan Bayi


Soal: Mohon dijelaskan mengenai wanita hamil dan menyusui apakah jika mereka tidak berpuasa wajib mengqadha’ puasanya ? sebab saya confuse mengatakan wajib mengganti puasa dan juga membayar fidyah, namun juga ada yang mengatakan wajib mengganti dengan berpuasa saja, yang manakah yang benar ?

Jawab: Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.

Sebagian ulama berpendapat bahwa wanita hamil dan menyusui jika tidak berpuasa dikenakan ketentuan membayar fidyah dan membayar puasa. Namun pendapat tersebut mempunyai kelemahan yang mendasar dan bertentangan dengan prinsip keadilan syari’ah;

- Pertama; Orang hamil atau menyusui tidak berpuasa bukan atas dasar suka-suka, mereka tidak berpuasa sebab adanya uzur (berkaitan dengan kesehatan dirinya dan bayi yang dikandungnya), sedangkan kaedah fiqh yang dibina oleh para ulama adalah; "Al-masyaqqah tajlibu at-taisir" (keadaan berat menarik datangnya kemudahan).

- Kedua; Sungguh tidak adil jika orang yang sengaja tidak puasa dengan tanpa uzur, hanya dibebani membayar hutang puasanya dengan tanpa dibebani fidyah.

Atau orang yang bepergian (di mana kondisi saat ini sangat nyaman sehingga tidak terasa berat), cukup dibebani membayar hutang puasa tanpa harus membayar fidyah.

Sedangkan wanita hamil dan menyusui yang tidak berpuasaa disebabkan adanya uzur, dikenai beban tambahan yakni membayar fidyah disamping wajib membayar hutang puasanya.

Yang Arjah (Paling Benar) Dalam Masalah Hukum Puasa Bagi Perempuan Hamil Dan Menyusui :

Pendapat saya, yang arjah (paling kuat dan benar) dan sesuai dengan dalil serta prinsip keadilan syari’at berkaitan dengan kewajiban perempuan hamil dan menyusui adalah; Mereka boleh tidak berpuasa dan sebagai gantinya salah satu dari dua pilihan berikut :

1. Membayar fidyah dengan tanpa harus berpuasa

Berdasar zahirnya ayat;

وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ.
“Orang yang kuat berpuasa boleh tidak berpuasa dengan membayar fidyah memberi makan orang miskin.[1]

Walaupun secara umum ayat tersebut dimansuhkh dengan ayat berikutnya; “Siapa saja yang menjumpai bulan Ramadhan wajib berpuasa[2], namun ayat  tersebut tidak mansukh bagi empat golongan yaitu; orang lelaki tua, orang perempuan tua, wanita hamil dan menyusui, sebagaimana penjelasan Ibnu Abbas;

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ}، قَالَ: «كَانَتْ رُخْصَةً لِلشَّيْخِ الْكَبِيرِ، وَالْمَرْأَةِ الْكَبِيرَةِ، وَهُمَا يُطِيقَانِ الصِّيَامَ أَنْ يُفْطِرَا، وَيُطْعِمَا مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا، وَالْحُبْلَى وَالْمُرْضِعُ إِذَا خَافَتَا».
Dari Ibnu Abbas “Dan atas orang-orang yang mampu berpuasa (boleh tidak berpuasa dan) membayar fidyah memberi makan kepada orang miskin”; Ayat ini adalah ruhshah (keringanan) bagi orang orang lelaki tua, orang perempuan tua, yang sebenarnya keduanya masih mampu berpuasa, mereka tidak berpuasa dan memberi makan kepada satu orang miskin sebagai gantinya puasa satu hari, demikian pula dengan wanita hamil dan menyusui”[3]

2. Membayar hutang puasanya dengan berpuasa, tanpa harus membayar fidyah;

Dalam hal ini kedudukan wanita hamil dan menyusui disamakan dengan; orang yang sakit atau bepergian, sebagaimana  maksud hadits di bawah ini :

عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّ اللهَ وَضَعَ عَنِ الْمُسَافِرِ نِصْفَ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمَ، وَعَنِ الْحُبْلَى وَالْمُرْضِعِ».
Dari Anas dari Nabi Saw beliau bersabda; Sesungguhnya Allah telah meletakkan (menghapus hukum wajib) dari musafir setengah shalat dan puasa dan dari perempuan hamil dan perempuan menyusui.[4]

Pendapat ini juga menjadi qaul (fatwa) sebagian ulama diantaranya adalah Hasan al-Bashri dan Ibrahim[5].

Wallahu A’lam




[1] QS. Al-Baqarah : 184.
[2] QS. Al-Baqarah : 185
[3] Abu Dawud, Sunan Abu Dawud (Kitab as-Shaum) : 2/ 296.
[4] An-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i (Kitab al-Jana’iz) : 4/180. Tahqiq Albani : Hasan.
[5] Lihat; Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Kitab Tafsir al-Qur’an) : 6/25.

No comments:

Wasatiyyah Concept

Wasatiyyah is a moderate concept in Islamic practice. The word wasatiyyah is derived from the word wasatan (وسطا) found in the Qur'an...