Saturday, July 6, 2013

Adab Ikhtilaf II


Perbedaan pendapat telah terjadi sejak di awal Islam bahkan semasa Rasulullah Saw masih hadir di tengah-tengah para sahabatnya, banyak riwayat hadits yang menunjukkan hal tersebut.
Demikian pula di kalangan tabiin dan tabiit tabiin, yang merupakan tiga generasi yang terbaik dari ummat Muhammad Saw, atau yang biasa disebut sebagai generasi salafus shalihHingga kemuncaknya adalah munculnya berbagai mazhab di kalangan umat Islam yang kita jumpai saat ini.



Sebagai umat yang telah dipersaudarakan oleh Allah dalam nikmat iman dan nikmat Islam, maka selayaknya segenap umat Islam yang telah terbagi-bagi ke dalam kepelbagain ini terus menjaga persaudaraan dan persatuan, oleh karenanya ada beberapa hal yang harus dilakukan di dalam menghadapi perbedaan pendapat.


Perbedaan Pendapat Hendaklah Disikapi Dengan Santun

Dalam segala hal umat Islam harus senantiasa mengamalkan akhlaqul karimah sebab salah satu misi yang diemban oleh Rasulullah s.a.w di dalam menyampaikan risalah adalah untuk menyempurnakan adab umat Islam agar mencapai tahap yang tertinggi yakni akhlaqul karimah:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صل الله عليه وسلم: إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ. رواه أحمد : ١٤/١٥
"Dari Abi Hurairah dia berkata, Rasulullah Saw bersabda sesungguhnya aku diutus adalah unstuck menyempurnakan baiknya akhlak[1]."

Bukankah dakwah Islam sendiri harus disampaikan dengan hikmah dan mauidzah hasanah ? perhatikanlah firman Allah ini;
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Yang dimaksud ayat diatas adalah, dakwah kita kepada mereka yang belum beriman (orang-orang kafir), apalagi terhadap sesama saudara Islam meskipun kita “terpisah” dalam fahaman atau mazhab yang berbeda, bukankah Allah berpesan kepada Nabi Musa As agar berlemah-lembut saat berdakwah kepada Firaun raja kafir yang zalim ?;

“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".


Tetap Menjaga Persaudaraan Dan Tidak Saling Menghina

Diantara kewajiban muslim yang satu terhadap muslim yang lain adalah saling menghormati dan tidak melaknat satu terhadap yang lainnya, beberapa ayat al-Qur’an dan hadits Nabi Saw yang mengajarkan agar kita senantiasa bersikap saling menghormati dan tidak menghina sesama saudara (seiman) yang tidak sefaham dengan kita:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”


عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صل الله عليه وسلم: سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ. رواه البخاري : ٨/١٥
”Dari Abdillah dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Memaki orang Islam adalah fasik dan membunuhnya adalah kafir[2].”

Bersambung ...



[1] HR. Ahmad : 14/513. Tahqiq Syuaib Al-Arnauth: Shahih.
[2] HR. Al-Bukhari : 8/15

No comments:

Wasatiyyah Concept

Wasatiyyah is a moderate concept in Islamic practice. The word wasatiyyah is derived from the word wasatan (وسطا) found in the Qur'an...