Thursday, July 18, 2013

Qunut Witir Berjamaah



A. Doa Qunut Witir

«اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ».
Allahummah dinii fiiman hadaiit, wa ‘aafinii fiiman ‘aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baariklii fiimaa a’thaiit, waqinii syarra maa qadhaiit, fa innaka taqdhi walaa yuqdhaa ‘alaiik, wa innahu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya’izzu man’aadaiit, tabaarakta Rabbanaa wata’aalaiit.[1]

Riwayat at-Tirmidzi
Imam at-Tirmidzi juga meriwayatkan hadits yang sama tentang doa qunut sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud di atas namun tidak ada lafaz;

وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
wa laa ya’izzu man’aadaiit.[2]

Penjelasan imam at-Tirmidzi
Hadits ini kedudukannya hasan, di dalam bab doa qunut ini juga terdapat hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib. Tidak dijumpai hadits mengenai doa qunut witir yang diriwayatkan dari Nabi saw yang lebih baik (kedudukan sanadnya) dibandingkan hadits ini. Para ahli ilmu (ulama’) berbeda pendapat di dalam pelaksanaan qunut;

  • Abdullah bin Mas’ud berpendapat bahwa qunut dilaksanakan sepanjang tahun, dia memilih untuk melakukan qunut sebelum ruku', hal ini menjadi qaul (pendapat) sebagian ahli ilmu seperti; Sufyan at-Tsauri, Ibnu al-Mubarak, Ishaq dan para ulama’ Kuffah.
  • Ali bin Abi Thalib tidak melaksanakan qunut melainkan di (mulai) dalam pertengahan dari bulan Ramadhan (dari mulai malam ke-16 hingga malam akhir), sebagian ahli ilmu bermazhab atas amalan ini diantaranya adalah imam as-Syafii dan imam Ahmad.


B. Mengangkat Tangan Saat Doa Qunut

عَنْ أَبِي رَافِعٍ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَقَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَجَهَرَ بِالدُّعَاءِ.
Dari Abi Rafi’ dia berkata; Aku shalat di belakang Umar bin Khatthab ra beliau qunut setelah rukuk dengan mengangkat kedua tangannya dan menjaharkan doa.”[3]

Penjelasan dari imam al-Baihaqi;
Berkata Qatadah; Hasan juga melakukan hal yang sama, hadits dari Umar ra ini adalah shahih sedangkan yang diriwayatkan dari Ali terdapat kedhaifan di dalam sanadnya, hadits ini juga diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud dan Abu Hurairah ra di dalam masalah qunut witir.

Syaikh (imam al-Baihaqi) rahimahullah berkata; Adapun mengusapkan kedua tangan ke wajah setelah selesai dari doa, aku tidak menghafadznya (mendengar) dari seorangpun golongan ulama salaf[4] di dalam doa qunut, namun hal itu diriwayatkan dari sebagian mereka di dalam masalah doa di luar shalat.

Telah diriwayatkan dari Nabi saw hadits di dalam masalah (mengusapkan kedua tangan ke wajah) ini namun kedudukan haditsnya dhaif.

Mengusapkan kedua tangan ke wajah diamalkan sebagian mereka di luar shalat, adapun di dalam shalat (setelah qunut) adalah amalan yang tidak berdasakan khabar (hadits) yang shahih maupun atsar (amalan shabat) yang tsabit, dan juga tidak berdasarkan qiyas, maka yang lebih utama adalah tidak mengerjakannya serta berpegang atas apa yang dikerjakan oleh ulama’ salaf  radiallahu ‘anhum berupa mengangkat tangan dengan tanpa mengusapkannya ke wajah di dalam shalat, wa billahi at-taufiq.


C. Praktek Qunut Di dalam Shalat Berjamaah

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَنَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَالصُّبْحِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فِي الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ عَلَى رِعْلٍ، وَذَكْوَانَ، وَعُصَيَّةَ وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ.
Dari Ibnu Abbas radiallaahu’anhuma dia berkata; Rasulullah sallallaahu alihi wasallam qunut selama satu bulan di dalam shalat dzuhur, ashar, maghrib, isya’ dan subuh setiap setelah shalar, ketika telah mengucapkan sami’allahu liman hamidah di dalam rakaat yang terakhir, beliau mendoakan jelek atas beberapa penduduk negeri dari kaum Bani Sulaim terdiri dari Ri’lin, Dzakwan dan ‘Ushayyah. Orang-orang yang dibelakangnya mengaminkannya.[5]

Catatan : Di dalam qunut witir berjamaah ini maka kalimat doa qunut yang dibaca oleh imam dan diamini oleh makmum dirubah dari bentuk mufrad (tunggal) menjadi jama’ contoh, asalnya;

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ ...،
Allahummah dinii fiiman hadaiit …,

Menjadi;

اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ ...،
Allahummah dinaa fiiman hadaiit …,

Barokallahu fiikum …




[1] HR. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud (Kitab as-Shalat) : 2/63. Tahqiq syaikh Albani; Shahih.
- Arti doanya adalah; “Ya Allah tunjukkanlah aku ke dalam golongannya orang-orang yang mendapat petunjuk, selamatkanlah aku ke dalam golongannya orang-orang yang Engkau selamatkan, lindungilah aku ke dalam golongannya orang-orang yang Engkau lindungi, barakahilah aku di dalam apa yang Engkau berikan, jagalah aku dari jeleknya apa yang Engkau putuskan, sesungguhnya Engkau memutuskan hukum dan tidak ada yang memutuskan hukum ke atasMu, tidak akan hina orang yang Engkau lindungi dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi, maha barakah Engkau wahai Tuhan kami dan Engkau maha luhur.
[2] Lihat; HR. At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi (Abwabu al-Witri) : 2/328.

[3] Hr. Al-Baihaqi, Musnad al-Kubra (Kitab as-Shalat) : 2/300.
[4] Ulama salaf adalah ulama dari generasi; sahabat, tabiin dan tabiit tabiin.
[5] HR. Al-Baihaqi, Sunan al-Kubra (Kitab as-Shlah) ; 1/301.

No comments:

Wasatiyyah Concept

Wasatiyyah is a moderate concept in Islamic practice. The word wasatiyyah is derived from the word wasatan (وسطا) found in the Qur'an...