Wednesday, June 26, 2013

Mandi Janabah



عَنْ مَيْمُونَةَ «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَسَلَ مِنَ الجَنَابَةِ، فَغَسَلَ فَرْجَهُ بِيَدِهِ، ثُمَّ دَلَكَ بِهَا الحَائِطَ، ثُمَّ غَسَلَهَا، ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ غُسْلِهِ غَسَلَ رِجْلَيْهِ».
Dari Maimunah (isteri Nabi saw); Sesungguhnya Nabi saw mandi dari janabah; beliau membasuh kemaluannya dengan tangan, kemudian tangan tersebut digosokkan ke tembok (untuk membersihkan tangan tersebut dengan debu atau tanah yang terdapat pada tembok), kemudian mencuci tangan tsb, kemudian berwudhu’ sebagaimana wudhu’ untuk shalat, ketika telah selesai dari mandinya beliau mencuci kedua kakinya.”[1]

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: «كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ غَسَلَ يَدَيْهِ، ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ، ثُمَّ يُخَلِّلُ رَأْسَهُ بِأَصَابِعِهِ حَتَّى إِذَا خُيِّلَ إِلَيْهِ أَنَّهُ قَدِ اسْتَبْرَأَ الْبَشَرَةَ غَرَفَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثًا، ثُمَّ غَسَلَ سَائِرَ جَسَدِهِ».
“Dari Aisyah (isteri Nabi saw) dia berkata; Rasulullah saw ketika mandi dari janabah; beliau membasuh kedua tangan, kemudian berwudhu’ sebagaimana wudhu’ untuk shalat, kemudian menyela-nyelakan jari-jarinya ke kepala, sehingga ketika beliau merasa bahwa beliau telah menyegarkan kulit (kepalanya) maka beliau menyiram kepalanya tiga kali, kemudian beliau membasuh seluruh tubuhnya.”[2]

Dari dua hadits yang diriwayatkan oleh dua orang ummul mukminin (Aisyah dan Maimunah radiallahu anhuma) di atas dan hadits-hadits shahih yang lainnya dapat kita simpulkan bahwa tatacara mandi janabah adalah;

  1. Niat, artinya di dalam hati harus ada kesengajaan bahwa mandi yang dilakukannya adalah mandi untuk mensucikan diri dari keadaan janabah, sebab tanpa niat walaupun mandi hingga seratus kali dan 100x lebih bersih, namun secara syariat itu belum dianggap membersihkan diri dari keadaan janabah, berdasarkan hadits “Sesungguhnya amal hanyalah dengan niat”.[3]
  2. Membersihkan kemaluan, hal ini juga berlaku bagi wanita yang akan mandi dari haidh ataupun nifas.
  3. Mencuci tangan.
  4. Berwudhu’ sebagaimana wudhu’ untuk shalat.
  5. Mandi dengan diawali menyela-nyelakan jari-jari tangan ke kulit kepala hingga terasa segar, kemudian barulah meratakan air keseluruh badan termasuk menggunakan shampo dan sabun (bila perlu).

Seperti itulah mandi janabah yang dicontohkan Rasulullah Saw yang membersihkan diri kita dari segala jenis hadats baik hadats besar maupun hadats kecil. Jika seseorang setelah mandi janabah dan dia tidak hadats (buang angin ataupun buang air) maka boleh langsung mengerjakan shalat dengan tanpa berwudhu’ lagi.




[1] HR. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Kitab al-Ghusli) : 260
[2] HR. An-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i (Kitab al-ghusli wa at-tayammum) : 423.
[3] HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.


No comments:

Wasatiyyah Concept

Wasatiyyah is a moderate concept in Islamic practice. The word wasatiyyah is derived from the word wasatan (وسطا) found in the Qur'an...